Szafron – The Decision from Allah
Szafron
– The Decision from Allah
Matahari di bulan Juli
terasa menyeruak dan memaksa diri untuk selalu menyeka peluh ditengah ladang
Strawberry. Inilah pekerjaan tambahanku, di kala musim liburan tiba dan
menyisakkan sekitar 1 bulan lebih sebelum kembali ke Indonesia. Akhirnya
kuputuskan untuk bekerja paruh waktu di sebuah perkebunan strawberry milik
petani Polandia. Awalnya sempat ragu, apakah ini keputusan terbaik atau hanya
sekedar mengisi waktu senggang.
Sebuah panggilan masuk
melalui aplikasi Whatsapp memaksaku untuk beristirahat sejenak dari pekerjaan.
Ternyata, seorang senior yang sedang menyelesaikan studi doktoral di kampus
yang hendakku tuju (Poznan University of Life Sciences) menelpon di saat yang
tak terduga.
“Assalamu’alaikum,
faisal bagaimana kabarnya di Lodz?” tanyanya membuka percakapan.
“Alhamdulillah
sehat wal afiat bang yanza, bagaimana kabar di Poznan?” tanyaku balik.
“Alhamdulillah,
kami disini sehat juga. Begini, kapan faisal dan kawan-kawan main ke Poznan
sekalian lihat kampus?” tanyanya penasaran.
“Insyaallah,
pekan depan bang hari selasa”, jawabku.
“Ok,
sip. Baik-baik disana ya kabarin nanti siapa saja yang bisa ikut ke Poznan”,
timpalnya sambil menutup percakapan beberapa menit kemudian.
............................................
Sudah
tiga agensi perumahan dan apartemen yang ku telepon hari Jum’at itu mungkin
juga ditambah satu direktor dormitori mahasiswa di kampus. Nihil. Hasilnya
berupa kesabaran yang mesti diperpanjang. Banyak alasan yang kemudian mereka
utarakan, dari mulai ketiadaan jenis apartemen atau studio untuk mahasiswa, pun
ketika ada studi tersebut berharga 1200 – 2500 zloty/bulan belum ditambah biaya
listrik, air, dan internet. Bahkan ketika, hendak mencoba peruntungan menyewa
ruangan single room untuk kapasitas dua orang, mereka tidak izinkan. Sempat
terfikir untuk tinggal di luar area perkotaan, tapi memang sangat beresiko
karena kebutuhan transportasi bisa melonjak.
Sempat
kupejamkan mata beberapa saat, sebelum akhirnya ada panggilan masuk. Kembali,
bang yanza menelpon. Kali ini entah apa yang akan dibicarakan, rasa kantuk
sudah sangat menyekap dada dan dengan berat kuangkat panggilan tersebut.
“Assalamu’alaikum,
gimana kabar bang?” tanyaku membuka percakapan.
“Wa’alaikumsalam,
sehat Faisal. Faisal masih di Lodz kan, belum pulang ke Indonesia?” tanyanya.
(Tentu
saja aku belum pulang ditengah kebimbangan hidup ini), “belum bang kan nanti
hari selasa Insyaallah mau main ke Poznan. Ini tiket bus juga udah beli,
mungkin saya doang bang yang main. Ada sih arnold sama yola juga ke Poznan.
Tapi mereka hari senin pagi kesana buat urus Karta Pobytu (Residence Permit)”,
timpalku.
“Nah,
gini faisal. Tadi gue udah diskusi nih sama anak-anak disini dan beberapa kawan
kita juga yang mau main ke Poznan. Lu bisa ga ke Poznan nya hari senin juga,
minimal senin siang lah sampai di Poznan. Ntar lu bisa nginep gapapa di dorm
kita, pulang selasa. Gimana?”, tanyanya.
“Wah,
bang masalahnya udah beli tiket Flixbus nih. Emang kenapa ya bang mesti hari
senin?”, tanyaku balik.
“Setahu
gue sih itu tiket bisa kita reimburst atau lu ubah jadwal ke hari senin.
Insyaallah masih bisa kok. Kita kebetulan ada syukuran kecil-kecilan ngundang
kawan-kawan yang masih belum pulang ke Indonesia dan gue juga udah tanya
Alfiyan katanya dia bisa kesini hari Senin”,
tambahnya.
“Oh
gitu ya bang. Oke deh, ntar gue pikirin dulu. Insyaallah kalau ga hari ini atau
besok lah gue kabarin kapan ke Poznan nya”, jawabku.
.........................................
Secepat
itulah Allah mengubah haluan hidupku, semudah itulah Allah menyelesaikan urusan
hamba-Nya. Bahkan berawal dari urusan yang nampak sederhana dan sepele yang tak
bisa dimengerti ujungnya. Akhirnya setelah difikirkan matang-matang meskipun
harus membayar 25% biaya tambahan untuk ganti jadwal kuputuskan untuk ikut
arnold dan yola menuju Poznan. Hari senin jam 4 pagi, kami menuju stasiun
bus-kereta antar kota-negara Lodz Fabryczna menunggu Flixbus pagi. Kami sengaja
memilih jadwal pagi untuk menghemat anggaran perjalanan.
Berselang
4 jam kemudian, akhirnya kami menginjakkan kaki di Poznan pertama kalinya.
Ibukota Voivodeship Wielkopolska (The Greater Poland). Sebuah kota yang lebih
maju dibanding Lodz dari segi desain tata kota dan transportasinya serta
bangunan-bangunan artistik yang menghiasi pinggir-pinggir jalan selama kami
naik tram menuju dormitori mba Endah (salah satu senior kamiy yang studi di
Adam Mickiewicz University).
Sebenarnya
tak ada niatanku untuk menuju dormitori mba endah, karena akupun punya janji
dengan bang yanza. Janji untuk menitipkan barang-barang yang nantinya akan
kupergunakan di Poznan selama kuliah. Juga janji untuk membarengi bertemu
dengan salah satu direktor dormitori untuk negosiasi tempat tinggal. Tiba-tiba,
di saat yang tepat di waktu pagi panggilan menuju bang yanza belum juga diangkat
padahal sudah hampir jam 9. Sementara, arnold dan yola tetap melangkah membawa
beberapa tas besar berisi pakaian mereka.
Akhirnya,
kami tiba di dormitori mba endah yang ternyata letaknya hanya berseberang muka
dari dormitori milik Poznan University of Life Sciences. Bahkan, ia pun
membantu kami untuk menata peralatan dan menawarkan beberapa makanan ringan
beserta minuman hangat. Setelah sekian lama kami berbincang, akupun lupa banyak
pesan dari bang yanza masuk ke whatsappku. Intinya, bahwa ia baru akan
menemuiku sekitar dzuhur karena, terburu-buru masuk kantor. Kabar baiknya mba
endah pun memberitahu kami untuk setidaknya survei juga dormitori kami yang
letaknya tidak jauh dari dormitori miliknya.
...........................................
Ada
3 buah dormitori milik kampus ku yang letaknya berseberangan dengan dormitori
milik kampus Adam Mickiewicz. Salah satunya ialah dormitori Jurand, bukan tanpa
alasan kami menuju ke dormitori ini. Semua bermula dari email Internasional
Student Advisor ke yola terkait tempat tinggal kami nanti. Kamipun bertemu
seorang wanita yang menjadi resepsionis, dia hanya bisa berbahasa Polish.
Kamipun meminta izin untuk bisa melihat kedalam, ingin tahu fasilitas apa saja
yang disediakan di dormitori, apakah sesuai dengan pemberitahuan di website
ataukah tidak. Ditengah-tengah survei itu, entah kenapa ku utarakan keinginan
untuk bisa tinggal bersama dengan istri ke resepsionis tersebut dengan bahasa
Polish.
“Prosze
pani, czy moge zmieszkac razem z moja zona tutaj?” (maaf, apakah saya boleh
tinggal bersama dengan istri saya disini) tanyaku.
“Poczekaj,
twoja zona jest studentka czy nie?” (sebentar, istri kamu itu mahasiswa)
tanyanya.
“jeszcze
nie, ale nie ma za co jezeli musze zaplacic duzo” (masih belum, tapi ga masalah
kalau saya harus bayar lebih) jawabku sambil meyakinkanya.
“To
jest problema, teraz tak pana musisz isc do nauczelnia i mowisz, ze bedziesz
zamieszkac tutaj. Bo ja nie moge daj ci decyzja” (Itulah masalahnya, sekarang
silahkan anda ke kampus dan kasih tahu bahwa anda ingin. tinggal disini dengan
istri, karena saya ga bisa memberikan keputusan buat anda) tukasnya.
.............................
Singkatnya,
selepas negosiasi tanggung dengan pihak dormitori ku langkahkan kaki menuju
kampus. Orang pertama yang ingin kutemui ialah Pani Monika (The head of
international student advisor) di kampusku. Dalam sebuah pembicaraan singkat
via telepon, dia menyetujui kedatanganku ke kantornya.
“Dzien
dobry, bardzo pszepraszam pani monika. Jestem Faisal z Indonezji”, (selamat
pagi, mohon maaf mengganggu nyonya Monika. Saya Faisal dari Indonesia) sapaku
dalam bahasa Polish.
“Tak,
ale prosze mowisz po Angielsku to bedziesz lepiej”, (Ya, silahkan anda bicara
dalam bahasa Inggris, itu lebih baik) pintanya.
“Actually,
I told to you last month that I want to live together with my wife for the next
academic year. But, I’ve never get your responses”, sahutku.
“Yes,
I know (sambil mengecek data-data di komputernya). You know the current
situation is difficult for me. Because, I have a lot task about your documents.
So, let me know and give me time”, timpalnya.
“Ok,
but I also contacted the director of dormitory for this possibility and he
asked me to inform this condition to you”, jawabku.
(Selang
berapa detik kemudian, Ia sigap menelpon seorang direktor dormitori dalam
bahasa Polish yang sedikit kupahami, dan akhirnya...)
“I
already told to him, and the scenario is you can live if both of you are
students either one Ph.D or master student”, sahut pani Monika.
“Aha,
the problem today is I applied for horticulture programme but the vice dean
didn’t give me the decision from reserve list”, jawabku.
“You
know, I have information that you will be a student in that programme (M.Sc of
Horticulture) but the LoA and invitation still wait for the signature of your
dean. Maybe this day”, timpalnya.
“Then,
my wife also apply but till today the dean of biotechnology still need to time
for deciding it”, tambahku.
(Akhirnya,
Allah-lah yang memutuskan diantara semua masalah pelik hamba yang Dha’if ini).
“It’s
good idea. Let me know who is your wife’s name?. I’ll check (selang berapa lama
dia mengecek nama istri). Ok, I found it, Yes it’s in reserve list. I’ll talk
with the dean of her faculty. As yours, I’ll inform you in the afternoon and
you can wait”, sambil dia tutup pembicaraan denganku.
...........................................
Syukur
Alhamdulillah, Impian itu Allah wujudkan, dan Allah ingin hamba yang dha’if ini
berusaha dahulu dengan segala peluh. Siang itu, pani Monika kembali menelponku
ditengah perjalanan dengan bang yanza dan alfiyan. Berita bahagia dari Allah
melalui pihak kampus, bahwa Istri diterima di program free tuition fee dari Uni
Eropa untuk Master of Biotechnology. Kelegaan menyeruak seluruh isi hati dan
kebahagiaan membuat hati serasa sudah berada di Indonesia padahal diri masih
berada di Polandia.
Impian
istri untuk mengenyam pendidikan di tanah yang dijejaki mimpi-mimpipun diijabah
oleh Sang Pemilik Bumi itu sendiri. Ku tahu ini penantian panjang untuknya,
disela-sela waktunya untuk mengajar, menunggu, dan saat itu kebahagiaan itu
ialah Allah menjadikanku sebagai jalan untuknya mewujudkan impianya. Semoga Allah
meridho’i semua usaha ini dan semoga Sang Pemilik Ilmu memberkahi ilmu-ilmu
yang akan kita pelajari ini. Witamy na jesien mojej Zony w Polsce.
Komentar
Posting Komentar