Layang – Layang



“Layang-layang yang terbaik adalah yang dapat terbang tinggi”
            Esok dan seterusnya, adalah hari-hari yang menjadi misteri meski segala rencana telah disusun. Hari ini, ular besi pun menjemput dan mengawal kepergianmu beserta ratusan penumpang lain yang sudah berada di dalamnya. Tangis yang pecah serta beberapa lambaian tangan mengiringi kepergianmu. Pilihan yang sebenarnya sangat mudah, aku, kau, kita, bahkan semua orang hanya disuruh memilih untuk meninggalkan atau ditinggalkan oleh Sang Pemilik Keabadian. Jikalau kita tidak memilih pun akan ada suatu masa yang pasti kita meninggalkan semua kefanaan.
            Jika ada hal yang tersisa dari semua yang kau lakukan di tempat ini, maka itulah kenyataan. Kenyataan bahwa sebuah manuskrip biru bertuliskan namamu tersimpan abadi dalam lemari-lemari kaca ruang perpustakaan. Realita, dimana semua benda yang ada di tempat ini terus menerus berganti, meski kau tak disini lagi. Tak perlulah kenyataan itu ditangisi, meski menangis adalah ekspresi paling jujur dari semua mimik muka yang diciptakan Rabb kita. Kau pun akan melihat kenyataan bahwa teman-temanmu pun akan pergi dari kota ini.
            Jika ada hal yang melekat dari semua yang kau lakukan di tempat ini ialah harapan. Kata-kata yang terangkai dalam sebuah lembaran-lembaran impian. Hidup ini ialah harapan untuk lebih baik. Tangan-tangan yang akan selalu memberikan tawa dan canda pada teman-temanmu. Seperti kepompong besar yang berharap menjadi sesosok kupu-kupu anggun untuk pergi melihat dunia dan memberikan harapan bagi setiap bunga. Tak usahlah harapan itu berhenti, karena bagaimanapun keadaanya jalanan di kota ini, kostanmu, atau bahkan segala hal yang kau pernah lewati akan tetap berada disini. Bawalah harapanmu untuk melihat dunia.
            Jika ada hal yang mengendap dari semua yang kau lakukan di tempat ini ialah impian. Mungkin sesaat setelah kau pergi, esok, hingga lusa akan ada orang-orang yang selalu mereka setiap adegan yang kau lakukan. Orang-orang yang akan dan merasa kau masih berada di kota ini. Mereka akan senantiasa melirik ke dalam sudut kecil jendela kamar kostanmu, atau mempraktekan cara mu memegang gelas dan berjalan hanya untuk memastikan bahwa kau tak pergi jauh. Tapi, apapun itu setiap orang punya impian. Tak perlulah impian itu kau simpan rapat dalam koper atau bagasi.  Mungkin, kau tak dapat menyelesaikannya hari ini, kemarin, atau 4 tahun 3 bulan yang lalu. Tapi, mungkin juga kau menyelesaikan impianmu esok, atau sesaat setelah kau turun dari peron kereta api.
            Pernahkah kau pandangi layang-layang. Terbang, dan terbang. Bertahun-tahun manusia ingin bisa terbang, dan bertahun-tahun pula semua terekspresikan lewat benda ini. Hiburan unik segala usia, dan segala golongan. Orang miskin akan merasa bahwa layangan itu dirinya sehingga senang saat layang-layang itu bisa terbang. Orang kaya akan merasa bahwa semakin tinggi layangan maka semakin cepat pula impian itu terealisasi. Apapun perspektif orang mengartikan, betapa senangnya jika layang-layang itu bisa mengangkasa, kemudian kita menariknya dan menjulurkan benangnya. Ya, itulah diri kita. Kita tahu kapan kita merasa begitu emosional dalam memandang hidup ini. Atau bahkan kita tahu kapan kita merasa begitu semuanya datar dan konsisten dalam memandang kepergian kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kombinasi Peluang

ASTER (I'M LIVING IN SCHOOL' MEMORIES INSIDE MY BODY-Part 1)

We Are a Superstar, and You?