Integrated Discussion dan Interdisiplin Ilmu
Meet Up MCC perdana awal ini mengunjungi sebuah LDF terlama tapi, kadang perannya dilupakan di kampus sosial nan kental budaya diskusi. Tren populer di tahun 2014 ini ialah agenda "Blusukan" di ranah politik, nah bermaksud hendak meniru dengan tujuan mendekatkan yang jauh, MCC mulai "Meet Up" ke Departemen Syiar atau Baitul Ilmy Research Center of UKI FISIP. Memang kultur diskusi sudah kental pas rapat mereka yang bahkan dimulai lebih awal jam 06.00. Seperti kata Greogry Mendell "Genetis akan diturunkan secara berkala ke tiap generasi" dalam hukum mendel 1. Tapi, bukan itu yang menarik hatiku melainkan, sebuah agenda yang bertemakan "Diskusi Perspektif Islam dalam Kasus Emon dan Pedofilia". Menarik karena, nan di kampus sosial ini telah menggabungkan isu terkini dengan perspektif Islam. Terlintas dipikiranku perkataan Dr.Warsito bahwa beda Jepang dengan Indonesia yakni di Jepang, orang sudah memandang pengetahuan itu sebagai kesatuan utuh yang terintegrasi satu sama lain, jadi jangan kaget melihat lulusan jepang itu pas S1 mungkin bidang teknik, tapi S2 bahkan gelar profesornya dari jurusan kedokteran. Dalam bahasa lebih populis hal ini merujuk pada "INTERDISCIPLINE OF KNOWLEDGE" yang mengaitkan satu atau lebih sudut pandang berfikir (Prentice, 1990) bahkan di barat ada istilah "MULTIDICIPLINARY OF KNOWLEDGE". Tapi, apakah itu dikenalkan di Barat? selidik lebih jauh justru secara praktiknya, hal tersebut sudah dikenal luas di zaman Rasul hingga kini. Lihatlah Rasulullah, tak salah Allah menjadikan beliau panutan (Al-Ahzab: 21), karena dedikasi pada ilmu yang tinggi, mampu mengelola negara (politik dan sosial), keuangan saat berdagang (ekonomi), bahkan hingga menyarankan umat-Nya untuk bersiwak (kesehatan), dan anymore it.
Refleksi dan Realistisnya diungkapkan oleh bebeapa teman di BIRC UKI FISIP "kenapa anak eksak jangankan mahasiswa umum, teman2 LDF pun sering alergi dengan diskusi mengkaji isu seperti ini (emon, dan sospol, red)". Analisis saya, karena pemahaman ilmu itu integral selain mewajib 'ain kan ilmu agama, nampaknya "Interdisiplin atau Multidisiplin Ilmu" ini penting juga. Why?, mungkin kita di eksak sudah jenuh dengan pola praktis pengajaran di perkuliahan, tanpa ada analisis studi kasus sehingga pola pikir membaca-menganalisis-diskusi-menulis pun baru tumbuh saat semester 6,7, atau 8. Sebaliknya di sosial output akhirnya yang kurang, kadang setelah diskusi ria tak ada budaya menulis sebag
ai "arsip abadi" karya jadinya ya ucapan terbang bersama angin. AYO KEMBALI BERSEMANGAT TEMAN-TEMAN, kalau kata Imam Al-Ghazali "jelajahilah ilmu, karena ilmu itu milik kita (muslim, red) yang berserakan"
Refleksi dan Realistisnya diungkapkan oleh bebeapa teman di BIRC UKI FISIP "kenapa anak eksak jangankan mahasiswa umum, teman2 LDF pun sering alergi dengan diskusi mengkaji isu seperti ini (emon, dan sospol, red)". Analisis saya, karena pemahaman ilmu itu integral selain mewajib 'ain kan ilmu agama, nampaknya "Interdisiplin atau Multidisiplin Ilmu" ini penting juga. Why?, mungkin kita di eksak sudah jenuh dengan pola praktis pengajaran di perkuliahan, tanpa ada analisis studi kasus sehingga pola pikir membaca-menganalisis-diskusi-menulis pun baru tumbuh saat semester 6,7, atau 8. Sebaliknya di sosial output akhirnya yang kurang, kadang setelah diskusi ria tak ada budaya menulis sebag
Add caption |
Komentar
Posting Komentar