Cerita Klorofil

Suhu mulai semakin menurun, rona daun mulai melepaskan hijaunya menampakkan keindahan sementaranya. Seakan menjadi pertunjukan terakhir mereka sebelum angin menyapu ikatan kuatnya dengan ranting-ranting. Adakah semua itu abadi dan kekal, ternyata tidak lah jawabnya. Warna-warni dedaunan ini menyentuh kalbu memaksa akal untuk merunduk pada hati. Hati yang mencoba mendengungkan gemuruh dari Rabb-nya.

Memanglah manusia, kehidupanya berharap seperti dedaunan vegetasi pinus yang selalu hijau "evergreen" para peneliti menyebutnya. Pengharapan dalam semua kondisi prima, dalam semua level tertinggi setiap helaan nafasnya. Validitas adalah komoditas yang menjadi poin teratas dalam dunia tanpa batas. Hingga kita bagaikan pesulap dadakan yang mampu mengolah realita menjadi angan dan idaman. Seakan lupa, hanya sedikit pepohonan yang mampu selalu hijau diterpa teriknya matahari dan digigit taringnya salju. Mereka yang tetap hijau umumnya berada di ketinggian dan kesejukan lingkungan sekitar seolah mengajar diri bahwa itulah hakikat dari makna tinggi, memberikan sejuk pada sekitar, menjadi kuat disaat yang lain sedang istirahat sejenak. Sudilah diri bahwa mungkin di lantai-lantai hutan yang daunya akan gugur jauh lebih mengena. 

Sadarlah diri, sepatutnya tak semua berada di ketinggian karenanya tak semua yang ada disana akan berani untuk jatuh. Pengajaran tentang siklus menempa diri, hendaknya dimanapun Rabb menempatkan diri disitulah Ia percaya bahwa hamba-Nya mampu dan memberikan segala perkakas hidup. Seperti semak-semak yang juga mulai pudar klorofil nya, meskipun mereka tak seteguh pepohonan besar tak sehijau pinus di pegunungan. Setidaknya mereka tetap sama memberi kesegaran pada yang lain, membantu burung-burung untuk bercengkrama di dahanya dan mereka pun tak takut rusak karena mereka sudah tahu bahwa mereka jauh lebih kuat dan cepat untuk kembali tegak dibandingkan pepohonan tinggi besar. 

Begitulah niche dalam hidup, tak semua harus berada di ketinggian dan tak perlu semua berbaris sebagai semak. Biarlah Rabb yang mengatur sesuai dengan rencana-Nya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kombinasi Peluang

ASTER (I'M LIVING IN SCHOOL' MEMORIES INSIDE MY BODY-Part 1)

We Are a Superstar, and You?