Koridor Obrolan

Koridor Obrolan

Sebuah "Reminder" di handphone menunjukan seberapa jauh diri melangkah dari setiap celah kota hingga ladang-ladang rumput. Kali ini aku dibuat terheran oleh jumlah dilayar yang menandakan bahwa total penggunaan transportasi publik hingga berjalan kaki yang dilalui jauh melebihi penggunaan moda transportasi lainya. 

Rasanya, semenjak berada disini memang hampir tidak pernah menyentuh moda transportasi lain selain bus, tram, metro, kereta api, dan sepeda publik. Selebihnya, jalan kaki menjadi opsi yang tidak dapat dielakkan, sembari menikmati lebarnya trotoar untuk pedestrian. Melihat banyaknya para pejalan kaki, semakin membuat saya dan keluarga semakin pede saja berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lainya sembari menunggu bus atau tram di halte selanjutnya.

Tak dapat dipungkiri, semua fasilitas transportasi di negara maju memang dilengkapi sedemikian rapi dan teratur sehingga menjadikan public transport sebagai primadona dalam berkendara. Bagiku, kendaraan publik bukanlah hal baru karena, sejak berada di bangku SMA hingga perkuliahan fasilitas tersebut selalu menemani hari-hari hingga tak terbayang dan terhitung berapa banyak momen-momen spektakuler dan konyol yang masih tersimpan dalam memori sekarang. 

Mungkin saat ini zaman telah bergerak begitu cepat, orang-orang mulai masuk keluar melewati pintu masuk bus dengan menggenggam gadget mereka. Tak jarang, mereka tak memperhatikan apakah pintunya sudah terbuka atau belum karena, yang paling utama ialah fitur di gadget yang sedang dimainkan. Satu yang telah hilang menurutku dari semangat menikmati perjalanan di sebuah fasilitas publik. 

Membayangkan, para orang tua yang duduk bersebelah sisi atau saling bertatap muka dengan pemuda - pemudi lokal tanpa saling tegur sapa atau bahkan tanpa ada sebuah kritik membuat sebuah bus atau tram tak ubahnya seperti sel-sel penjara. Banyak cara dalam menikmati perjalanan, tapi hanya ada satu cara 'menghabiskan waktu' yakni dengan berkomunikasi. 

Sudah lama rasanya, tak melihat bus beroperasi dengan berisikan obrolan-obrolan yang saling sahut diantara penumpang-penumpang yang secara tak sengaja bertemu dalam satu tujuan berangkat ataupun pulang. Sepi nampaknya, melihat para pemuda saling diam justru malah asyik berkirim pesan kepada yang lain lewat sosial media padahal teman-temannya duduk berada di sekelilingnya. Nampaknya, sudah kering arus komunikasi yang terjadi antar penumpang yang saling tak berkenalan. Sudah lama juga rasanya, belum muncul lagi saling tegur sapa antar dua insan yang hanya bertemu di sebuah transportasi publik yang secara kebetulan sekali memiliki jadwal berangkat dan pulang yang sama di tiap-tiap harinya hingga memunculka kerinduan jika yang satunya tak hadir meskipun hanya sehari. 

Teriakan-teriakan yang kadang membuat jengkel penumpang berusia lanjut bahkan tertawaan konyol untuk merayakan sebuah event teman di dalam bus, tram, dan lainya kini hanya dinikmati oleh segelintir orang yang masih meyakini esensi sebuah komunikasi dalam perjalanan. Hal-hal serius hingga rapat-rapat organisasi dan ekstrakurikuler di sebuah bus sekarang adalah cerita dan mungkin akan tetap menjadi sesuatu yang dianggap "benarkah" oleh orang-orang sekarang. Yah, tapi itulah aneka kebisingan di dalam sebuah bus didalam sebuah koridor berjalan yang membuat bus seperti organisme hidup dengan nafas - nafas serta pikiran yang mengalir didalamnya melalui obrolan ringan ditengah hujan deras dan panas terik. 

Waktu adalah rangkaian detik, menit, jam, hari, bulan, dan tahun bahkan lebih dari sebuah masa. Setiap pergantianya menuntut perubahan - perubahan aksesoris pelengkap untuk menandakan zaman. Namun, esensi kehidupan didalamnya tetaplah sama. Dalam sebuah masa di saat kehidupan nyata membuat 'hidup' sebuah bus.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kombinasi Peluang

ASTER (I'M LIVING IN SCHOOL' MEMORIES INSIDE MY BODY-Part 1)

We Are a Superstar, and You?