Dari Taman Pesantren

Hampir 4 pekan ini setiap hari minggu sejak bulan September, minggu yang selalu dinanti dan selalu diisi dengan mengolah tanah, menanam tanaman, dan merawatnya. Ada yang beda dan sangat beda ketika aku berada di sebuah institusi yang memang berpayungkan penelitian dan berorientasi pada ilmu botani, ilmu yang aku geluti dibandingkan tempat aku bekerja sekarang. Bukan karena profesi yang berbeda saja tapi, aku menengok lebih jauh dari segelinti hal. Memang jadwal mengajar jauh menguras banyak pikiran dan tenaga karena banyak persiapan dari sebelum mengajar dan seolah seperti pelari marathon estafet, selesai dari kelas yang satu ke kelas yang lain, dari sekolah yang satu ke sekolah yang lain. Tapi, jauh diluar itu aku mematok target bagi diriku sendiri untuk mempersiapkan proses penanaman hanya butuh sedikit konsultasi dengan beberapa teman dan murid yang memang sengaja kupancing agar kami sama-sama berfikir dan bekerja. Tentu saja target yang ku buat sendiri itu mulai memacu diri untuk berimprovisasi sebaik mungkin dan mengoptimalkan setiap waktu sehingga setiap inchi tanah yang diolah dapat bermanfaat sebaik mungkin.
.......................................................................
Hal lain lagi ialah media, ya bukan berarti aku menjadi seorang artis melainkan ketika hanya sedikit orang yang tahu aku beralih profesi menjadi pengajar dan bahkan hanya sedikit sekali yang tahu bahwa dahulu aku pernah bekerja di sebuah kebun besar. Itu membuatku lebih ringan dalam mengambil keputusan dan menanam, tak ada beban lebih. Sehingga, aku dapat fokus di hari minggu untuk melakukan hal-hal menyenangkan ini. 
..................................................................
Selain itu, ialah kepercayaan. Kepercayaan ialah modal penting ketika seseorang dianggap mau melakukan banyak hal dan berkreasi sehingga orang lain percaya terhadap potensi kita bahkan mau membantu tanpa mempertimbangkan pamrih yang didapat. Hal inilah yang sangat sulit didapatkan, bukan berarti kita tak memiliki potensi tapi lebih kepada ada segelintir orang yang merasa memiliki potensi lebih dan memaksa hanya idenya saja dan dirinya saja yang mampu menyelesaikan permasalahan. 
...........................................................
Allah Yang Maha Pemelihara. Inilah sumber terakhir dan paling utama. Bahwa tiadalah yang dapat menghidupkan mahluk hidup apapun selain karena kuasa-Nya. Bagaimana tinggal di lingkungan pesantren membuat setiap orang yakin akan kuasa-Nya tidak semata mengandalkan otak dan ototnya. Inilah beda yang paling jelas. 
.................................................
Maka, dalam proses transisi hidup ini aku merasakan Ia-lah sebenar-benar pemilik segalanya. Dibiarkan-Nya lahan-lahan tak dirawat untuk kami coba berkreasi, dan kulihat senyum dari santri-santri yang tak terbiasa bermain tanah dan air atau memegang tanaman. Ini hal yang sangat luar biasa dan seperti bunga yang siap mekar. Maka, biarkanlah bunga itu mekar dahulu hingga habis masanya lalu tanaman itu akan tumbuh menjulang. Sehingga di setiap fase mekarnya, ia berada di tempat lain yang bermanfaat pula. Ketika sedih dan gagal, ibarat tumbuhan yang baru mengeluarkan tunasnya, semuanya terasa berat tapi, itu harus dilakukan supaya ia bisa hidup.
...............................................................
Bismillah, langkah esok ialah Ginger Site (Sedikit modifikasi nama dari Ginger Garden di Singapore Botanical Garden)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kombinasi Peluang

ASTER (I'M LIVING IN SCHOOL' MEMORIES INSIDE MY BODY-Part 1)

We Are a Superstar, and You?