Rastum,Said, dan Sepeda Onthelnya



Rastum,Said, dan Sepeda Onthelnya
           

            OSIS. Atau Organisasi Siswa Intra Sekolah. Yakni semacam perkumpulan orang-orang bisa dibilang terpopuler, terpandang, terhormat, teraneh, dan kadang dianggap sebagai calon pemangku kebijakan negara. Entah sejak kapan organisasi ini berkembang di instansi pendidikan Indonesia dan siapa pula pendirinya. Satu yang pasti, tak sembarang orang bisa masuk ke dalam organisasi ini.
            17 Agustus di tahun 2006 bertepatan dengan hari Minggu. Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa atau yang biasa disebut LDKS telah mencapai babak akhir. Peserta dari berbagai elemen lintas ekstrakurikuler dikumpulkan dalam perdebatan hangat dan disidang. Jika kalian pernah melihat acara Indonesia Lawyers Club atau dalam versi plesetanya Indonesia Lawak Klub. Maka, seperti itulah kami saat itu.
            “Dit, rasanya kita bakal dicalonkan nih dari Pramuka apalagi Ryan belum hadir juga dari pagi”, keluh Dani.
            “Yah, sepertinya begitu”, jawabku bermalas sambil pasrah.
            Sidang ini dinilai oleh 32 wakil perwakilah kelas dan 5 orang ekspatriat OSIS angkatan sebelumnya. Hasilnya ialah 6 orang kandidat calon ketua OSIS. Rumit sekali memang bagi siswa SMP seperti kami. Jangankan membayangkan pasal-pasal di lembaran kertas, membacanya saja pun sudah membuat otak berpikir keras. Tak salah, jika banyak siswa SMP tak ada yang berani bercita-cita menjadi pembuat undang-undang di DPR.
........................................
            KAWAN, jika kalian memiliki sebuah barang berharga peninggalan keluarga kalian tentulah setengah mati kita menjaganya. Begitupula, dua orang berperawakan tinggi nan badan yang lebih berisi dibanding siswa SMP seusianya. Wajah mereka sangat tegas mengariskan kehidupan desa nan penuh usaha.
            Cihoe. Itulah nama desa tempat tinggal mereka, jaraknya sekitar 15 km perjalanan dan ditempuh selama ±30-45 menit jika menaiki sepeda dan 15 menit saja jika naik bentor. Maklum akses penghubung antara desa tersebut dengan desa tetangganya berupa jembatan gantung yang bisa membuat bulu kuduk berdiri tegang oleh hembusan angin. Sepeda itulah yang menjadi moda transportasi mereka berdua sejak kami mengenalnya hingga berpisah. Sepeda Onthel yang terkenal di era 70-an dan bermerk Belanda. Bannya masih berwarna putih dengan velg yang kokoh dan cat hitam yang legam meski nampak dempulan catnya.
            “Tum, tum, berhenti tum”, panggil Geboy.
            “Kenapa boi?” tanya Rastum singkat.
            “Tum, nama kita dipajang di mading buat acara LDKS dan Sidang MPK Kamis sampai Minggu”, jelas Geboy sambil terengah-engah.
            “Yang bener ah?, alhamdulillah siapa aja dari Pramuka boi?”
            “Lihat sendiri aja ya, sudah bel masuk kelas sampai ketemu pulang sekolah”, ujar Geboy sambil membalikkan badan.
            “Selamat tum, semangat tum”, timpal Said.
            “Eh, tahu juga id sudah lihat pengumumanya?”, tanya Rastum.
            “Bukan  lihat lagi, tapi lagi dikerubungin sama siswa-siswa di mading tuh ada Ryan, Dani, Satria, Adit, sama Geboy juga”, ujar Said.
............................................................
            KISAH. Inilah babak baru dalam kehidupan seorang Rastum. Materi demi materi kami lewati bersama. Bagaikan makanan tambahan materi dari mulai manajemen organisasi, kepemimpinan, pengurusan, pengenalan OSIS, hingga sidang MPK. Kami pun bertemu dengan superstar dari berbagai kelas dan perwakilan ekstrakulikuler. Seandainya, para anggota Dewan belajar dari kami mungkin tak ada pertengkaran di sidang-sidang (berharap).
            “Oke, tema selanjutnya ialah penggunaan handphone di kalangan siswa SMP dan aturannya, silahkan buat teman-teman yang pro atau kontra untuk berkelompok”, ujar Pa Arin (kini sudah Almarhum) pembina OSIS di era 2006-2007.
            “Begini pa, menurut saya handphone berhak dimiliki siswa SMP hanya saja perlu dibatasi kapan boleh dibawanya”, seru Adi tower.
            “Saya sependapat, karena itu hak setiap orang”, imbuh Andre basket.
            “Begini peserta sidang dan anggota MPK yang saya hormati, hendaknya disini kita tidak membahas hak pokok siswa, yang dibahas ialah aturanya dan dampaknya”, jelas Rastum.
            Handphone bukanlah lagi barang mahal, namun kita harus menganggapnya bisa bermanfaat ataupun merugikan”, timpal Abdul Rosyid anggota MPK yang terkenal sangar dan pedas komentarnya.
            “Iya, saya paham namun bukan karena barang mahal atau murah setiap siswa wajib memilikinya” ujar Rastum “hanya saja, jika punya pun tak pernah dibawa ke sekolah untuk apa sedangkan, disini saya yakin masih banyak yang belum punya handphone”, imbuhnya.
            “Kalian adalah calon pengurus OSIS coba berfikirlah ke depan, mau tidak mau kita bersentuhan dengan teknologi. Sekarang, jika memang kalian harus punya bagaimana caranya supaya bermanfaat dan kalau bisa dibawa ke sekolah”, kembali Abdul Rosyid bak kompor gas yang meledak memanaskan suasana.
            “Saya boleh berpendapat?” tanya Intan “Sebaiknya kita disini bahas peraturan seperti apakah yang akan kita ajukan untuk yang membawa handphone ke sekolah, bagaimana?” imbuhnya sambil bertanya.
            “Hemat saya, mungkin ada denda untuk yang membawa handphone tapi jika itu memang hak seharusnya juga ada beberapa kelonggaran”, tambahku.
            “Oke, oke saya tenangkan jadi sudah ketemu bagaimana permasalahan utamanya ialah peraturan tentang yang membawa handphone ke sekolah”, Muhammad Nur Saefullah, Ekspatriat Ketua OSIS tahun lalu angkat bicara.
            “Saya punya usulan sekaligus pilihan untuk teman-teman, jika handphone ialah hak maka siapapun boleh punya. Berarti, tidak ada masalah. Masalah muncul saat hak kita terbatasi oleh peraturan. Sebagaimana kita tahu, kadang handphone juga mengganggu saat belajar apalagi jika ada SMS atau telepon masuk saat belajar atau malah bermain game saat ada guru. Oleh karenanya, peraturan yang kita rumuskan ialah intinya tidak diperkenankan menggunakan handphone saat kegiatan belajar mengajar, namun tetap dipersilahkan saat-saat tertentu, bagaimana?” Rastum mulai ide brilianya dengan tanya yang memicu semangat peserta.

            KETUA OSIS. Terpilihlah 6 calon ketua OSIS saat itu, yakni Adhe pardani, Aditya Fei, Rastum (Pramuka), Intan pertiwi (Paskribra), Yanti Puspita Sari, dan Angga Hermawan (Olahraga). Jadwal kampanye pun dibuat dan nomor urut dibagikan. Berita di radio RIP FM milik SMP kami begitu ramai. Layaknya televisi swasta saat pemilu tiba.
            Elu-elu, pujian, bahkan ejekan baik karena memang kawan sepermainan ataukah program kerja adalah hal luarbiasa. Bagi Rastum, kesederhanaanya menjadi pembeda dan mudah diingat. Sepeda onthel hitam yang terparkir rapih ditengah deretan sepeda lainnya. Perawakan yang terbilang seperti TNI saat itu menjadi point lebihnya. Aku dan teman-teman pramuka lain sebenarnya sudah satu kongsi untuk memenangkan Rastum, karena melihat keuletannya. Tak jarang, kami bertindak terlalu bodoh dalam mendukungnya walaupun sebenarnya kita sama-sama kandidat.
            Hari perhitungan dimulai dan kertas suara di buka. Rastum dengan mimik muka senyum lebar dan rambut yang lebih keriting dari sebelumnya nampak berbeda dari 5 orang kandidat lainnya.
            “Tum, insyaallah kelas B pasti terpecah suaranya antara adit dan angga”, ujar Zenal.
            “Kelas A juga, apalagi ada Tohan sama Ryan disana”, tambah Said menaikkan motivasi Rastum.
            “Kelas C, D, sama H mungkin milihnya Intan atau Yanti mafhumlah mereka kan sok berlagak kota”, ujar Ade.
            “Itukan baru kelas 8, bagaimana kelas 9 sama 7?” tanya Rastum.
            “Kemungkinan kelas 9A ga bakal milih kandidat dari kelas 8B karena punya masalah pribadi, tapi kelas 9B fix milih Adit semua karena disitu ada Ka Azwar sama Ka Iis”, Said mulai menganalisis.
            “Gerakan bawah tanah udah Ari amankan, insyaallah aman bagian preman-preman kelas di kelas 9”, jelas Widi.
            “Mungkin kelas 7 belum bisa diprediksi soalnya kalau pemilihnya siswa pasti milih Intan atau Yanti, mereka kan idol nya seantero SMP. Intan menang di Paskibranya, dan Yanti udah jelas pemain basket sekolah”, Said lagi-lagi memprediksi begitu rinci hingga ke masalah passion memilih.
            “Lapor, tum anak laki-laki kelas 7 kemungkinan milih kamu semua kalau yang perempuan berdo’a aja. Tapi, yang jelas tim basket sekolah juga pecah kongsi milih Adit atau Yanti. Ya, Adit emang bukan pemain basket tapi impact nya besar juga karena deket sama siswi kelas 7”, Ari johansyah tiba-tiba muncul.
................................................
            PELANTIKAN. Senin yang terik setelah upacara diadakanlah sesi foto bersama pengurus OSIS baru. Formasi tim harian ialah Rastum sebagai Ketua OSIS, disusul Intan sebagai wakilnya, Yanti dan Dani sebagai Sekretaris OSIS kemudian Adit dan Angga sebagai Bendahara OSIS. Urutan yang menunjukkan jumlah suara yang diperoleh selama pemilihan. Beberapa staff kementerian meliputi Adi (menteri kerohanian), Firman (menteri tata tertib dan disiplin), Geboy (menteri pengembangan potensi siswa), Linda (menteri kebersihan dan kerapihan), Adi tower (menteri olahraga dan pengembangan tim olahraga sekolah), Ryan (menteri pendidikan dan akademik siswa), syaiful bahrul ulum (menteri minat non-akademik siswa dan keindahan), Aryan (menteri APK).
            Seperti sebuah negara kesatuan, kami menjalankan visi dan misi bersama selama setahun. Hari demi hari kami luangkan waktu seminggu sekali di tiap hari Kamis untuk berapat-rapat ria. Bulan demi bulan, kami menagih uang iuran kas siswa 100/bulan/siswa hingga terkumpullah lebih dari jutaan rupiah di akhir periode.
            Rastum, tetap sederhana setelah peristiwa itu bahkan isu handphone yang dibahas di sidan MPK pun tak pernah membuatnya memiliki handphone selama SMP. Ia tetap mengayuh sepeda onthelnya, dari senin hingga sabtu dari Cihoe menuju Ciledug dari seorang siswa biasa melompat menjadi ketua OSIS. Maka, tak jarang kesederhanaanya pula berhadiah berkah.
            Akhir periode kepengurusan, terpaksa Rastum, Ryan, dan Dani tak bisa ikut serta dalam kegiatan pembimbingan MOS SMP. Alhasil PLT Ketua OSIS dipegang Intan. Mereka, terpaksa berangkat ke Jatinangor untuk Jambore Nasional beserta 2 orang anggota putri lainnya. Apatah hendak dikata, setelah pulang itu Rastum tetap saja Rastum seseorang yang mengayuh sepedanya melewati jembatan gantung, tertawa di tengah terik mentari, semangatnya untuk tetap sekolah ia buktikan, harapanya lepas tinggi bersama hembus angin. Kobaran semangatnya mampu melonjakkan kelas 8E menjadi juara basket sekolah padahal satu tim tersebut tak ada pemain tingkat sekolah. Konon, setelah keluar dan masuk ke sebuah Sekolah Teknik Menengah (STM) dia pun tetap Rastum yang mengayuh sepeda dan menjadi ketua OSIS. Walaupun saat 8 tahun yang lalu ku bertemu dengannya dia sudah memegang alat komunikasi bernama handphone. Ku dengar kini, Rastum telah manjadi montir di sebuah bengkel di tahun 2010. Rastum, Said, dan sepeda onthelnya. Semangatnya takkan luntur.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kombinasi Peluang

ASTER (I'M LIVING IN SCHOOL' MEMORIES INSIDE MY BODY-Part 1)

We Are a Superstar, and You?