We Are a Superstar, and You?



SAYANG sekali ketika beraneka rupa ilmuwan telah menetapkan standarisasi dalam besaran pokok beserta satuan di dalam fisika modern, ternyata itupun masih ada yang kurang. Bagi, masyarakat Indonesia menjadikan sebuah publik figur sebagai inspirasinya merupakan hal biasa, meski kadang sampai ke taraf gila pengikut. Virus ini ternyata mengena pula ke dalam sanubari siswa terhormat pengemban amanah negara dalam memberantas kebodohan. Beragam cara dilakukan untuk menjadi seorang yang diikuti dan dikagumi di sekolah. Tak peduli sekolah baik itu negeri, swasta, hingga sekolah manapun yang belum terbit izinya dari kementerian. Singkat kata, mungkin ilmuwan memerlukan lagi besaran popularitas entah apa nama satuanya mungkin popumeter atau apatah itu namanya.
            Kumpulan siswa dengan tinggi badan diatas 160 cm dengan loncatan tinggi, tak ayal menjadi idaman klub basket. Gerombolan siswa dengan badan yang cukup kekar untuk seusia SMP, dan kekuatan tendangan dan gaya menendang mirip Christiano Ronaldo sudah tentu menjadi favorit masuk list tim sepakbola. Buat mereka yang memiliki pukulan keras ditimpa latihan fisik, maka tim voli-lah yang menjadi rumah mereka. Lalu mereka berwajah flamboyan, sedikit rela berkotor-kotoran dengan pernak-pernik kebanggaan bangsa dan diakui seluruh dunia, penghafal setia Dasadharma, merekalah anak Pramuka. Adapula yang suka dengan kedisiplinan, langkah teratur, bicara yang memiliki ritme khas dengan intonasi yang dijaga sedemikian rupa sehingga mirip Bung Karno membaca teks proklamasi, merekalah tim Paskibraka. Hal unik yakni perkumpulan siswi yang mayoritas dengan tugas mulia menolong yang sakit, kecuali sakit jantung dan paru-paru, namun bukan kumpulan Dharma wanita, merekalah Palang Merah Remaja (PMR).
            Kalaupun ada yang belum disebut, mereka akan menamakan sendiri kelompoknya persis seperti teori ekologi modern. Mereka itu kumpulan siswa berlagak preman sekolah, siswa pendiam dan menganggap di kelas hanya ada dia dan ruangan kelas, siswa pintar tapi tak pernah bergaul sama sekali, siswa yang memilih menjaga kantin sekolah, dan siswa-siswa yang hanya berniat sekolah, pulang, dan lupakan. Setiap populasi memiliki barrier-nya sendiri, dan aturanya sendiri. Kemudian, mereka terpisah dalam beberapa kelas dari deretan huruf A-H. Who want to be a superstar?. Maka inilah caranya, pilihlah setiap perkumpulan tersebut kemudian kawan, kau akan menyebar ke seluruh kelas. Guru, Kepala Sekolah, teman seangkatan, adik kelas, kakak kelas, penjaga sekolah, penjaga kantin, penyiar radio, hingga tukang es keliling akan dengan mudah menemukan kau kawan.
………………………………………………
            Sebut saja Adi Jangkung (istilah sunda, untuk perawakan tinggi menjulang), atlet basket kelas 8H, sering pula disebut Tower. Mafhum saja, di era 2006 lalu setiap provider kartu SIM sibuk membangun tower di setiap kecamatan se-Indonesia. Maka, ketika ada nama Adi kelas 8 disebut oleh guru, kepala sekolah, siswi-siswi, dan siswa-siswa semuanya serempak menunjuk Adi pemain basket. Padahal jika dihitung di angkatan kami, ada 3 orang nama Adi. Begitupun, jika ada orang menyebut kelas 8H. Semuanya sepakat, merekalah Superstar tim Basket, DNA yang sempurna memiliki deretan Guard­ hingga penyerang berkelas kabupaten. Mereka yakni Adi jangkung, Ari bolang, Andre china, Agi drum, dan Kholis ucok. Terkadang peserta porseni akhir semester sudah bosan jika mengikuti lomba basket putra. Istilah internasionalnya sudah underpressure terlebih dahulu. Dua kali juara 1, tiga kali juara 2, dan hanya sekali tak mencium wangi piala bergilir.
            Kelas 8E di era 2005/2006 bagaikan roket yang meledak, seperti tim dinamit Denmark di Euro 1992. Tak ada yang menjagokan, tak ada yang tahu siapa mereka, darimana asalnya. Hanya satu nama yang diketahui dari kelas tersebut Rastum OSIS. Ya, nama OSIS disematkan, tak lain karena dialah sang ketua OSIS saat itu. Paragraf sebelumnya, telah ku jelaskan bahwa tim 8H hanya satu kali tak masuk final. Maka, inilah jawabanya. Skor 16-13 resmi ditutup saat tim 8E dengan ciamik menekuk superstar basket 8H di babak perempat final. Perempat final kawan, bahkan sebelumnya tim 8E selalu walk out karena kekurangan SDM sebelum babak kualifikasi. Julukan Streetball dengan jersey biru pun melekat setiap mereka bertanding. Mereka ialah Rastum OSIS, Said pramka, Ade, Widi voli, dan Zen Cibogo.
            Maka, di era 2005/2006 dapat dibuat sebuah deretan spesial tiap spesifikasi kelas yang mengalahkan deret ukur dan geometri. Kelas 8A, sejatinya selain kelas 8H tim basket mereka bisa dikatakan superstar dengan distribusi 3 pemain tim sekolah. Namun, sayang mereka hanya mampu 1 kali menjadi juara 2 itupun saat menjadi kelas 7. Setelah itu mereka tenggelam, sebab musabab hal itu terjadi, ada yang mengatakan dewan juri sengaja mengundi agar kelas 8A selalu bertemu 8H di babak kualifikasi sehingga orang sekarang bilang “Final Kepagian”. Komposisi tim mereka ialah Tohan Efi, Jido diana, Agus meka, Ryan mamet, Dani Pramuka, dan Adit Doski.
            Setujukah kau jika ada satu atau lebih kelas dengan distribusi aneh yang tak jelas spesifikasi popularitasnya. Namun, agar mudah untuk diingat sebagai bahan untuk reuni kelak. Kelas 8B, hanya menang satu kali mendapatkan peringkat 3 I lomba basket putra saat kelas 9, dan juara 3 lomba sepakbola. Itu prestasi terbaik kelas ini, selain juara 1 lomba band tingkat sekolah. Namun, untuk ukuran popularitas kelas ini terdapat individu yang mampu meningkatkan rating kelas ini, yakni Angga Oi (kiper tim sepakbola sekolah), Tio bambang, Yogi basket, Adit pramuka, Yopi pramuka, Zen bejo, Adi Ian, Endi bass, Didi melodi, Solihin kolot (striker tim sepakbola), Imam senggol, Ibnu cumi dan Febri medok.
            Namun, dari sederetan kelas dari alphabet A-H. Maka, izinkanlah ku tulis kelompok flamboyant, gaya jalan yang mirip artis sekolah, wajah oriental khas asia. Inilah kelas 8C. Superstar pemain olahraga atau ekstrakulikuler lainnya akan dikesampingkan oleh para siswi jika berhadapan dengan siswa-siswa kelas 8C. Sebut saja Izul bule, yang sudah berpacaran selama 4 kali sejak masuk SMP. Firman obet yang jalanya diatur sedemikian rupa mirip TNI, maka tak salah jika mata para siswi tertipu olehnya. Saingan bagi para siswa lainnya dalam perebutan sengit. Hanya ada Adi OSIS, yang satu-satunya menurutku menjadi panutan insan Islami usia dini. Sapanya lembut, wajahnya menyapa hangat, sangat menjaga hijab, tak salah jika Rastum OSIS menyuruhnya sebagai menteri bidang agama di OSIS. Begitupun dengan deretan absen siswinya yang tak henti-hentinya kena salam siswa-siswa se-sekolah saat request-request radio sekolah dibacakan
            Sudah kusebut diatas, jika masih ada beberapa kelas dengan distribusi popularitas yang unik. Tak pernah menang lomba apapun, minim data mengenai siswa apatah lagi siswinya dan tak pernah diketahui siapapun. Kelas 8D, 8F, dan 8G. Kelas 8D sebenarnya pesaing utama kelas 8B saat lomba band tingkat sekolah. Ketika tahun ajaran berikutnya pun dikalahkan 9B saat semifinal lomba basket putra. Namun, bicara soal kejahilan dan list buronan guru BK dan wakasek kesiswaan bolehlah kelas 8D sang juara. Iqbal smash, Deni basket Windarto saia, Rudi 89. Ada satu nama siswi yang bisa jadi menjadi artis penyanyi yang membuat kelas ini terkenal yakni pipit kriting.
            Kelas 8F merupakan kelas dengan data terminim layaknya desa Amegakure dalam serial kartun Naruto Shippuden. Hanya ada dua siswa dengan prestasi mentereng di kelas tersebut, yakni Epul dan Edo. Epul, sudah barang tentu se-nasional sudah dikenal oleh pelukis. Bakat seninya mengalir deras dalam lekukan kuas dan tak salah jika mendapat medali perunggu di tingkat nasional. Sedangkan, Edo sangat mahir Matematika. Kelas ini paling sering melakukan walk out dalam berbagai event kecuali tim sepakbola. Jika tadi ada nama Adi OSIS yang begitu alimnya, maka di kelas 8G ialah perkumpulanya. Setiap siswa yang masuk ke dalam kelas ini merasakan begitu hangatnya persaudaraan tak jarang kas terbesar dari infaq setiap Jum’at dihasilkan dari kelas ini. Mungkin, karena ada salah satu siswinya yang tak lain merupakan putri dari guru pendidikan agama Islam sekolah kami. Galih Cibogo, Gboy kadut, Rama kribo, Iman paskibra, Agung pelayaran, Oryza sativa, Elis buaran, dan Ika perawat. Bisa jadi menjadi sebagian yang menjadi buah bibir satu angkatan dari kelas ini.
………………………………….
            Tengoklah uniknya diversitas angkatan kami di era 2005/2006. Kami terkoneksi satu sama lain melintasi batas ekstrakulikuler, hingga mata pelajaran. Jika disebutkan angkatan kami, maka seluruh guru mafhum akan nama-nama diatas. Entah karena, deretan list prestisius membanggakan sekolah hingga menjadi buronan guru BK dan wakasek kesiswaan. Lihatlah, rumus sederhana untuk menjadi superstar ialah bagaikan 2 kutub berjauhan. Jangan pernah menjadi yang biasa-biasa saja atau pertengahan ialah yang perlu dihindari. Setiap siswa pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Jika pintar maka pintarlah hingga geniuslah, namun jika maaf kurang pintar janganlah terlalu ditonjolkan. Namun, jika nakal maka ingatlah setiap perbuatan ada konsekuensinya. Pertanyaanya di sisi manakah anda berada?. Di antara yang biasa atau yang melakukan hal luar biasa yang menjadi trending topic satu sekolah.
             


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kombinasi Peluang

ASTER (I'M LIVING IN SCHOOL' MEMORIES INSIDE MY BODY-Part 1)