Memory



Satu masa di suatu waktu yang pernah ku jalani
“Mimpi kemarin adalah Kenyataan Esok (Hasan Al-Banna) -  entah kenapa aku suka dengan kata-kata ini terkadang aku pernah mengunjungi ruangan kelas tersebut, namun selalu ada yang kurang meski cat dan kursinya tak berubah”
Pelajaran kesenian sudah mulai dan seperti biasa, kami keluarkan buku gambar A4 dan beragam jenis pensil hingga penggaris. Drs. Kadarman, adalah sosok guru kesenian yang luar biasa di usia yang terbilang sangat senja beliau masih dapat membuat garis lurus dan memproyeksikan ke berbagai bidang hingga berbentuk ruangan kelas. “Ya” Ruangan kelas itulah tugas kami selama 1 tahun di kelas 12 SMA. “Wah, gi si ubay ada di belakang!”, Hendra berbisik kepadaku, dan bisikannya membuat jejen dan ari melihat ke arah belakang. “Bukan, belakang ini di belakang sekolah telat!”, jelas Hendra. Hari selasa itu memang selain Ubay ada Nurfathani, dan Leli, serta Rosdiana dan teman-teman IPS lainnya. Barisan lelaki Hendra, Jejen, dan Galih segera keluar kelas meminta izin dan sebenarnya mereka hanya ingin menertawakan aksi heroik teman-teman yang telat. “Brukkkk” suara yang begitu bergemuruh saat Leli naik melalui tembok dan seandainya para lelaki tahu, hampir saja kelas 12 IPA 4 diguncang gempa berkekuatan 6 skala Richter. Akhirnya, semua terdakwa bisa melewat tembok perbatasan kedua negara (pemisah antara SMA dan SMK) setelah melalui hutan belantara (yang sebenarnya banyak pohon singkong). Satu masa di suatu waktu yang pernah ku jalani takkan terlupa dalam memori ini, kalian menyuguhkan tawa bukan karena kesengajaan melainkan dari nurani terdalam sehingga percikan semangat kalian begitu dalamnya merembes dalam ruang jiwa ini.
Hari Kamis, waktu pelajaran Bahasa Arab dimulai dan ubay selaku penanggung jawab pun senantiasa mengiringi langkah bapak Drs. Asikin, M.M. Bahasa Arab memang sangat penting terutama bagi umat muslim tapi, kali ini pelajaran ini membuat sebuah siklus kebosanan yang tak terkira. Seandainya murid diberi pilihan ingin di dalam kelas atau pulang lebih awal, tentunya takkan ada yang masuk ke dalam kelas. Uul mencari sebuah kesempatan dengan menjadi juru tulis dadakan dan pekerjaan ini melekat di setiap pelajaran Bahasa Arab. Alasannya hanya karena tak ingin menulis dan juru tulis takkan ditanya tugas PR atau apapun itu, makadari itu Uul terkadang memperlama waktu di depan papan tulis. Jet lags Time semua terasa begitu lelah hingga Pa Asikin memanggil satu persatu murid untuk mengecek tugas, yang sebenarnya pun para lelaki tak pernah mementingkan tugas apalagi PR. Hal ini bukan karena malas, karena sang mufti Ubay terkadang memberi masukan untuk tidak mengerjakannya. LENGKAP SUDAH 1 BARISAN LELAKI di depan meja guru tak dapat menunjukkan tugasnya INCLUDED ME. Hingga akhirnya tiba giliran Butong (Rizka Guntara) maju ke depan, dan tugas dia seharusnya hanya membuka buku dan menunjukkan kerjaannya kalaupun belum, maka dia tetap akan maju ke depan. “Aduh, Pa @#@$%^^***$##@!” suara yang begitu bising dan membuat pa Asikin resah dan dijawab “Kamu, ngomong bahasa China”,. “HAHAHAHA,, SI butong mah o*n! Gelak tawa Hendra dan Ari memecah sunyi kelas dan memicu hormon adrenalin siswa lainnya untuk tertawa di tengah udara gersang. Satu masa di suatu waktu yang pernah ku jalani memahat sebuah lembar sejarah yang memberi arti tersendiri bagiku.
Hari Sabtu, pelajaran Olahraga telah selesai dan siswa 12 IPA 4 pun merebahkan raga tuk istirahat sejenak. Jamal memulai dengan sebuah celoteh ringan yang menyulut tawa uul, andika, ari, dan lainnya. Aku lupa celotehan Jamal, hanya yang aku ingat saat itu butong dengan kelakarnya akan membalas Jamal. Allah Subhanallahu wa ta’ala memang Maha Mendengar dan Jamal seakan terkaget ketika gelak tawa makin hebat, diapun berbalik arah. “ADAAAAH......”, teriak Jamal dengan ekspresi sakitnya, sakit di kepala yang akan dia ingat selalu saat membentur gerobak sampah. “HAHAHAHA, MANGKANA ulah ngaledek bae”, kini butong yang tertawa riang. Setali tiga uang dan terjatuh di lubang yang sama, aku dan ubay meledek butong di tengah perjalanan menuju WC mushola, entah hari itu butong telah solat Qiyamul Lail ataupun memang keimanannya sedang tinggi, saat perjalanan menuju kelas. “Gi, awas!!!!!!”, jerit Ubay yang nampaknya kecepatan suara kalah oleh waktu mendaratnya smash bola voli di keningku. “Aduuuuh....(sambil menahan malu melawati kelas 12 IPA 2 dan 3)”, aku menutup muka dan seolah berlaku patriotik mengembalikan bola tersebut untuk memperkecil rasa malu. Butong, seorang teman yang memang lain dari yang lain, dan memang seperti Islam mengajarkan untuk tidak berlebihan dalam berbagai hal hingga aku dan Jamal menerima efek samping terhadap butong. Satu masa di suatu waktu yang pernah ku jalani, mungkin esok hanya tinggal sisa-sisa langkah saja yang akan terhapus oleh angin dan terpendam dalam tanah, hingga dedaunan yang jatuh pun akan jadi saksi meski, mereka akan layu.
Semua siswa 12 IPA 4 menuju ruangan laboratorium komputer, dan inilah waktu yang disukai oleh para onliners. Meskipun, waktu sudah masuk namun masih ada saja yang telat “Apakah AC ini tak membuat kalian tertarik dan Internet ini juga #huffffff dasar”, aku mengeluh pada diri sendiri. Terlihat Maryam, Ari, geng Lengko, Asep dan tedi baru memasuki lab. “Lila, pisan tes kamana bae ie?”, pertanyaan retoris yang diungkapkan oleh Hendra dan Andika. “Sep, maneh tadi di gero ku pa Ono”, tukas hendra dengan gaya menyuruh yang mirip dengan penjahat mafia. Asep yang baru masuk tentu saja, tercengang dan belum sempat duduk menuju ke depan Pa Ono. “Ya, Pa ini Asep......”, Asep belum meneruskan omongannya tiba-tiba sang empunya lab memotong “Kamu ngapain ke depan (mungkin beliau marah dengan telatnya Asep)”. “Hahahahaha......”, lagi-lagi tawa di tengah ruangan AC yang panas dan dengan wajah setengah malu asep terdiam dan mencari sebanyak-banyaknya kambing hitam dalam kasus ini. Tentu saja Hendra menjadi korban pertama, dilanjut Jamal, Ari, dan yang ber-radius 1 Meter dekat dengannya. Asep, seorang siswa yang luar biasa tak banyak yang dapat membuatnya menurut perintah selain Hendra, dan loyalitasnya begitu tinggi. Satu masa di suatu waktu yang pernah ku jalani, nampaknya kapur dan spidol akan cepat luntur menuliskan masa lalu dan membiarkan masa lalu melayang bersama udara yang akan terdaur ulang dan itu kunamakan KENANAGAN.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kombinasi Peluang

ASTER (I'M LIVING IN SCHOOL' MEMORIES INSIDE MY BODY-Part 1)

We Are a Superstar, and You?