Panggung Kehidupan


Terkadang penatnya hari, membuat hati lupa diri dan acapkali menimpali semua kenyataan dengan ilusi tak terperi. Waktu silih berganti, namun harapan tak pernah surutnya ditemani dengan ketakutan dan keputusasaan. Apakah ini semua karena terlalu tingginya harapan?
Tidak.., Hidup sendiri ialah pengharapan yang terealisasi. Begitu nyatanya hingga kita lupa mengamini bahwa detik ini ialah harapan kita didetik yang lalu. Hampir ku tenggelam dalam hitamnya lubang lautan yang tak terlihat. Bertahun ku nikmati, segala gelar dan ucapan tapi alpakan segala hina diri yang Allah tutupi. Hampir ku mencelakai diri dengan sempitnya hati dengan memandang barisan punggung-punggung bisu yang bahkan sang pemilik punggung-punggung itupun tak pernah mau tahu sedang apa diri ini. Setengah hari ku sibukkan diri dengan menatap wajah-wajah penuh kebahagiaan tapi, melupakan hari yang bisa diukir dengan indahnya. Betul sekali kata pepatah bahwa gajah di pelupuk mata seakan sirna tak terlihat tetapi, semut yang sangat kecil diujung seberang nampak bagaikan hewan besar.
Kesadaran akan untuk tetap hidup dan bertahan nampak pudar, hingga aku tahu bahwa tujuan akhir ialah orientasi terbaik yang mengajari hidup ini. Mengejar kembali apa yang disebut "panggilan" orang adalah kemustahilan yang akhirnya ku sadari bukan, karena diri tak lagi sedia kala. Melainkan, pengalaman mengajarkan makna yang sungguh berkebalikanya. Andaipun, seluruh usaha manusia untuk menimbun seseorang dalam tanah terencana dengan baik, namun seketika itu tak tertulis dari buku Allah, maka tak secuil tanah pun akan menimpali tubuhnya. Oleh sebab itu, iya Dia, Dialah yang hendak dicari, dimintai, dan diharapkan oleh diri dan segenap orang yang percaya dengan ke-Muslimanya. Bukan, apatah lagi sebatas panggilan meski diri ingin sekali untuk menginjakkan kaki ke negeri antah berantah.
Kini hati mulai ditambatkan dan sauhpun mulai diistirahatkan. Bukankah, ini peristirahatan paling baik saat ini. Dengan mengingat Allah, mengingat siapa dan hakikat apa kita ini, dan melupakan mereka dan masa lalu. Pepatah memang selalu tertuang dari ucapan bijak seorang yang pernah hidup melintasi berbagai zaman bahwa hiduplah hari ini, karena esok kita tak pernah tahu, dan biarlah kemarin tetap kemarin yang telah lalu. 
Kini, aku adalah manusia yang coba berbagi ilmu apa yang telah ku dapat, berbagi pengalaman apa yang dilalui, yang kadang membekaskan luka hati yang jauh lebih terasa dari luka kulit. Pintar, Berprestasi, Segala hal yang serba mudah ialah masa lalu, dan mereka tetaplah masa lalu. Kalaupun, hari ini ialah hal yang sulit dan berkebalikan dari masa lalu, maka aku masih memiliki dan semoga masih memiliki Allah dan ajaran Rasul-Nya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kombinasi Peluang

ASTER (I'M LIVING IN SCHOOL' MEMORIES INSIDE MY BODY-Part 1)

We Are a Superstar, and You?