makna kompetisi
Makna
Kompetisi
“tulisan ini kubuat tak lain untuk menasihati diri ini dan saling
menasihati dalam kebenaran dan kesabaran”
Ribuan alasan digali sebegitu dalamnya dan lubang ke-iri-an
dipupuk sedemikian banyaknya dalam percabangan dengki. Ingin kulantunkan kata
dan kutulis dalam ribuan bahasa inilah yang kunamakan ke-iri hati-an yang tak
berglogika. Merasa tersaingi, merasa bukan menjadi seorangpun saat orang lain
disanjung melebihi kita, dan mengingikan orang lain kagum pada kita. Ya Rabb
sungguh langit dan bumi-Mu ini begitu besar tak pantas seorang hamba seorangpun
sombong.
Bukan bicara tentang apa yang akan saya berikan untuk kebermanfaatan. Tapi, iri hati mengajak kita
untuk berkoar “Lihatlah keahlian saya”. Sore itu di hari Selasa (13/11)
ditengah jutaan tumpukan buku yang beruas-ruas kulihat, seorang teman yang
terkadang oleh mata kedengkian ini bagaikan lawan dalam pertemuan Gladiator
yang harus disingkirkan.
Sekali ini, ternyata ku terperanjat bukan hanya dengan kata demi
kata yang dia keluarkan dengan imbuhan gerakan yang berupaya meyakinkanku
mencari sebuah solusi persoalan. Cover memang penampilan awal yang terbentuk
dalam retina mata kita saat lensa mata ini menangkap penampilan seseorang.
Sedangkan, esensi hanya diolah sebagian besar dalam hati ini yang justru
terabunkan oleh ke-maya-an topeng penampilan. Meski sejujurnya penampilan
adalah yang pertama mencirikan ke-ikhlasan seorang pencari ilmu dan pengajar
namun, esensinya penampilan bukanlah yang utama.
Belajar tidak berprasangka buruk di saat itu ialah prinsip dasar
meski ke-ingintahuan untuk mematahkan teori menggebu. Terkadang persaingan
ataupun kompetensi menimbulkan efek bias di zaman sekarang yang tak tentu
terkadang seseorang berfikir bagaimana
mengalahkan orang lain dengan segala cara adapula yang berprinsip “Kenalilah
musuhmu maka, kau akan bisa mengalahkannya” persis ucapan panglima-panglima
perang China. Namun, adakah sepenggal kisah persaingan yang berakhir begitu
manis mengalahkan nikmatnya dunia ini?.
Waktu pagi saat Rasulullah mengumpulkan para sahabatnya maka,
beliau melontarkan pertanyaan yang mengarah kepada sebuah perlombaan amal
“pagi
ini adakah yang sudah memberi makan kepada saudaranya yang kelaparannya?”
“saya
ya Rasul”, jawaban di waktu bersamaan dari Abu Bakar dan Umar ibn Khathab
Hingga,
sejumlah pertanyaan meluncur dari ucapan Rasul dan mereka berdualah yang
mengucapkan “Saya Ya Rasul”. Hingga akhirnya, “Siapakah yang sudah menjenguk
saudaranya yang sedang sakit”, dan hanya ada satu suara “Saya Ya Rasul”, ya
dialah Abu Bakar yang “Selalu membenarkan ucapan Rasul”
Riwayat lain, saat persiapan perang ketika hampir semua umat
Muslim meng-infakkan hartanya untuk jihad di jalan-Nya. Dua nama tadi
memberikan sumbangsih yang tak terkira dalam hal jiwa dan harta saat, Umar r.a
mendermakan hartanya “setengah dari total hartanya” maka, sang kompetitor Abu
Bakar r.a mendermakan seluruhnya dengan ucapan bijak “Aku tinggalkan untuk
keluargaku Allah dan Rasul-Nya”.
Kompetisi merupakan dinamisasi kehidupan yang membuat sebuah
seleksi dan barrier antara kemampuan dan ketidak mampuan. Namun, di sisi yang
begitu menawan sirah Nabi mengjarkan kita sebuah sifat dari Umar r.a yang tak
pernah menyerah bersaing dengan Abu Bakar r.a untuk meraih ridha Allah SWT yang
paling tinggi. Bahkan Abu Bakar r.a dengan ucapan khasnya “Sesungguhnya dia
(Umar) ialah penyeimbang bagiku saat aku berbuat longgar maka, dia berbuat
keras dan tegas begitupun sebaliknya” saat beliau menjadi khalifah. Ke-elokan
yang mengajari kita sebuah makna “Bukan masalah ke-iri-an yang kita pupuk
hingga bersuudzan ria dan memanen buah keangkuhan tapi,memperbanyak amal-amal
kita lalu kita tanamkan sebuah niat untuk berbuat baik di tiap harinya tak
masalah ketika sang kompetitor kita tergelincir karena, kita lah yang akan
mem-back up-nya dengan uluran tangan dan ucapan “mari kita saling
berlomba-lomba dalam kebaikan dan saling menasihati dalam kesabaran dan
kebenaran” inilah sinergitas yang kadang tertutupi oleh suudzanitas”.
Bukankah untuk menghilangkan racun dalam tubuh dengan banyak
meminum air putih?.
Komentar
Posting Komentar